Kata Serapan Dalam Bahasa
Indonesia
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah
Satu Tugas UTS Bahasa Indonesia
OLEH :
Nama
: ARIF HAKIM
NIM
: 6661101788
ADMINISTRASI
NEGARA
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
TH.
2010-2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur
saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya
ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Amin...
Serang, 5 November 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...… ii
PENDAHULUAN
…………………………………………………………………………...… 1
A. Latar Belakang Masalah ……..………………………………………………..……..…..… 1
B. Tujuan Penulisan
….………………….………………………………………………….…. 2
C. Metode Penulisan
………………….………………………………………………...…..… 2
KATA SERAPAN DALAM BAHASA INDONESIA
…………………………………….…… 3
CARA KATA SERAPAN
……………………………………………………………….…… 4
1.
Cara Adopsi
……………………………………………………………………………….. 4
2.
Cara Adaptasi
……………………………………………………………………………... 4
3.
Penerjemahan
……………………………………………………………………………... 4
4.
Kreasi
……………………………………………………………………………………… 4
KATA SERAPAN SEBAGAI BAGIAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA ....... 5
PERSPEKTIF ANALOGI DAN ANOMALI
......................................................................... 6
A. PERSPEKTIF ANALOGI
................................................................................................... 6
1.1 Analogi Dalam Sistem Fonologi
..................................................................................... 7-8
1.2 Analogi Dalam Sistem Ejaan
.......................................................................................... 9
B.
PERSPEKTIF ANOMALI .................................................................................................... 10
2.1 Anomali Dalam Sistem Fonologi
.................................................................................... 10
2.2 Anomali Dalam Sistem Ejaan ........................................................................................... 11
2.3 Anomali Dalam Struktur
.................................................................................................
12-13
KESIMPULAN
............................................................................................................................ 14
SARAN
....................................................................................................................................... 14
KATA
PENUTUP ........................................................................................................................ iii
DAFTAR
PUSTAKA
................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk
mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke
benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang
dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi
keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain,
sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar
budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu
cara memenuhi keperluan itu--yang sering dianggap lebih mudah--adalah mengambil
kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa
penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing
pemberi pengaruh. Penyerapan kata-kata asing ke dalam bahasa Indonesia ini
melahirkan permasalahan-permasalahan kebahasaan yang dapat disoroti dari
perspektif analogi dan anomali bahasa.
Perdebatan mengenai analogi dan anomali bahasa telah
berlangsung sejak zaman Yunani kuno, dan sampai sekarang masih ada
pendukung-pendukungnya. Pendapat masing-masing pendukung didasarkan pada
kenyataan realita bahasa yang sama-sama akuratnya dan dengan argumen yang sama
kuatnya. Perdebatan ini nampaknya seperti rel kereta api yang tidak memiliki
ujung temu, masing-masing berpijak pada kutub yang berbeda.
Kalaupun perdebatan analogi dan
anomali ini sudah berkembang sejak sekian waktu yang lama namun dalam kenyataan
realita bahasa hal ini masih saja merupakan issu yang relevan dan aktual dengan
perkembangan zaman. Issu analogi dan anomali memang merupakan issu yang
menyangkut tentang perkembangan bahasa. Selagi bahasa masih berkembang, maka
issu analogi and anomali masih selalu menyertainya.
B.
Tujuan
Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
C.
Metode
Penulisan
Penulisan
menggunakan metode observasi dan kepustakaan. Cara-cara lain yang dapat
dipergunakan penulis adalah study pustaka dalam metode ini penulis membaca buku
yang berkaitan dengan penulisan makalah.
KATA SERAPAN DALAM BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia merupakan bahasa asing yang dinamis, yang
selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat pemakai dan penuturnya. Salah satu akibat dari sifat dinamis
tersebut adalah masuknya berbagai unsur kebahasaan dari bahasa asing, baik yang
berupa afiks (imbuhan, awalan, akhiran) maupun berupa kata. Inilah yang
kemudian dikenal dengan Unsur
Serapan.
Asal Bahasa
|
Jumlah Kata
|
Arab
|
1.495 kata
|
Belanda
|
3.280 kata
|
Tionghoa
|
290 kata
|
Hindi
|
7 kata
|
Inggris
|
1.610 kata
|
Parsi
|
63 kata
|
Portugis
|
131 kata
|
Sanskerta-Jawa Kuna
|
677 kata
|
Tamil
|
83 kata
|
Dalam perkembangannya bahasa
Indonesia mengambil unsur atau kata dari bahasa lain, seperti bahaa daerah atau
bahasa asing. Sudah banyak kosa kata dari bahasa asing dan daerah yang
digunakan dalam bahasa Indonesia.
Terlebih dahulu kata-kata itu disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam
bahasa Indonesia,
baik itu dalam hal pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah
yang dinamakan dengan Kata-Kata Serapan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka.
Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Proses penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat dibawah
ini terpenuhi, yaitu :
1. Istilah serapan
yang dipilih cocok konotasinya
2. Istilah yang
dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya
3. Istilah serapan yang dipilih dapat
mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak
sinonimya
Kata Serapan Masuk Ke Dalam Bahasa Indonesia Dengan 4 Cara Yaitu :
1.
Cara Adopsi
Terjadi apabila
pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara
keseluruhan.
Contoh :
supermarket, plaza, mall
2.
Cara Adaptasi
Terjadi apabila
pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau
penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
Contoh :
Pluralization →
pluralisasi
Acceptability → akseptabilitas
3.
Penerjemahan
Terjadi apabila
pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu,
kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
Contohnya :
Overlap →
tumpang tindih
Try out → uji
coba
4.
Kreasi
Terjadi apabila
pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada dalam bahasa Indonesia.
Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara
kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.
Boleh saja kata
yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa
Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh :
Effective → berhasil
guna
Spare parts → suku cadang
Selain kata
serapan, ternyata bahasa Indonesia juga memunyai beberapa afiks atau imbuhan
serapan. Imbuhan serapan dalam bahasa Indonesia ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya.
Beberapa
imbuhan serapan itu antara lain :
1. An -, a - [= tidak] ;
anarki, amoral, anorganik
2. Ab - [= dari] ; abrasi, abnormal
3. Tele
- [= jauh] ; televisi, telepon
4. Mini
- [= kecil] ;
miniatur, mini bus
5. Super - [= di atas] ; supersonik, super power, supervisi
6. Uni
- [= satu] ; unilateral, universitas
7. Nomo - [= satu] ; monoton, monogami, ,monofobia
8. Sub
- [= dibawah] : subversi, subsidi, subordinasi
9. Trans
- [= seberang,
lewat] ; transisi, tranfusi
10. Semi
- [= setengah,
sebagian] ; semiautomatis, semiformal, semifinal.
KATA SERAPAN SEBAGAI BAGIAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Soal
kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa adalah merupakan
suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa lewat pemakainya pasti
akan terjadi serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur bahasa itu ada yang
bersifat tertutup dan terbuka bagi pengaruh bahasa lain. Tertutup berarti sulit menerima pengaruh, terbuka
berarti mudah menerima pengaruh.
Bunyi
bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan unsur bahasa yang bersifat terbuka,
dengan sendirinya dalam kontak bahasa akan terjadi saling pengaruh, saling
meminjarn atau menyerap unsur asing. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh berbagai
hal antara lain kebutuhan, prestise kurang faham terhadap bahasa sendiri atau
berbagai latar belakang yang lain.
Tidak
ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun. Dalam
proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima pengaruh
akan terjadi perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi secara
utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian baik yang
terjadi dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Dalam penyesuaian itu akan terjadi,
pergeseran baik dalam ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan penerima
pengaruh maupun pergeseran sistematis.
Bahasa
Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah banyak menyerap
unsur-unsur asing terutarna dalam hal kosa kata. Bahasa asing yang memberi
pengaruh kosa kata dalam bahasa Indonesia antara lain : bahasa Sansekerta,
bahasa Belanda, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Masuknya unsur-unsur asing ini
secara historis juga sejalan dengan kontak budaya antara bangsa Indonesia dengan
bangsa-bangsa pemberi pengaruh. Unsur-unsur asing ini telah menambah sejumlah
besar kata ke dalam bahasa Indonesia sehingga bahasa Indonesia mengalami
perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman. Dan sejalan dengan perkembangan itu
muncullah masalah-masalah kebahasaan. Ada kosa kata yang diserap secara utuh
tanpa mengalami perubahan dan penyesuaian. Dan ada kosa kata yang diserap
dengan mengalami penyesuaian-penyesuaian. Kata-kata serapan ini ternyata tidak
lepas dari permasalahan analogi dan anomali bahasa yang secara khusus akan
diuraikan dalam bab berikut.
PERSPEKTIF ANALOGI DAN
ANOMALI
KATA SERAP-AN DALAM
BAHASA INDONESIA
Analogi
adalah keteraturan bahasa dan anomali adalah penyimpangan atau ketidak
teraturan bahasa. Di dalam bab III ini akan dilihat perspektif analogi dan
anomali di dalam kata-kata serapan bahasa Indonesia. Di depan telah dikemukakan
bahwa kata serapan adalah merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia,
sebagaimana telah kita pahami bahwa dimana ada perkembangan pasti selalu disertai
dengan issu analogi dan anomali.
A. PERSPEKTIF ANALOGI
Analogi
adalah keteraturan bahasa, suatu satuan bahasa dapat dikatakan analogis apabila
satuan tersebut sesuai atau tidak menyimpang dengan konvensi-konvensi yang
telah berlaku.
Pembicaraan
mengenai kata serapan apabila bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan
atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi tentu dilakukan dengan
memperbandingkan antara bahasa pemberi pengaruh dengan bahasa penerima
pengaruh. Untuk membicarakan kata serapan ke dalam bahasa Indonesia tentu
dilakukan dengan memperbandingkan kata-kata sebelum masuk ke dalam bahasa
Indonesia dan setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Akan
tetapi dalam pembicaraan kata serapan yang dikaitkan dengan analogi bahasa
justru dilakukan dengan memperbandingkan unsur-unsur intern bahasa penerima
pengaruh itu sendiri. Artinya suatu kata serapan perlu dilihat aslinya hanya
sekedar untuk mengetahui bahwa kata tersebut benar-benar kata serapan, tanpa
harus mengetahui bagaimana proses perubahan atau penyesuaian yang terjadi, yang
lebih proporsional perlu dilihat adalah bagaimana keadaan setelah masuk ke
dalam bahasa Indonesia, kemudian diperbandingkan dengan konvensi-konvensi yang
lazim yang berlaku sekarang ini. Karena analogi berbicara mengenai keteraturan
bahasa yang berkaitan dengan konvensi bahasa, tentu saja disini lebih banyak
berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi,
sistem ejaan atau struktur bahasa.
1.1 Analogi
Dalam Sistem Fonologi
Banyak
sekali kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia yang tenyata telah sesuai
dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia baik melalui proses penyesuaian
atau tanpa melalui proses penyesuaian. Di antara kata-kata tersebut misalnya :
Aksi - action
(Inggris)
Dansa - dance (Inggris)
Derajat - darrajat
(Arab)
Ekologi - ecology
(Inggris)
Fajar - fajr
(Arab)
Galaksi - galaxy
(Inggris)
Hikmah - hikmat
(Arab)
Insan - insan (Arab)
Fonem-fonem
/a/, /b/, /d/, /e/, /f/, /g/, /h/, /i/, /k/, /l/, /m/, /n/, /0/, /r/, /s/, dan
/t/ yang digunakan dalam kata-kata sebagaimana tersebut di atas adalah
fonem-fonem yang sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia, dengan
demikian termasuk pada kriteria yang analogis, artinya yang sesuai dengan fonem
yang lazim dalam bahasa Indonesia. Tentu contoh-contoh tersebut masih merupakan
sebagian fonem dalam bahasa Indonesia selain fonem-fonem tersebut tentu juga
masih ada fonem-fonem yang lain yang lazim dalam sistem fonologi dalam bahasa
Indonesia yaitu : /c/, /j/, /p/, /q/, /v/, /w/, /x/, /y/, /z/, /kh/, /sy/, /u/
dan /a/.
Apabila
dikaitkan dengan kenyataan historis ternyata ada kenyataan yang menarik untuk
dicermati yaitu misal fonem /kh/ dan /sy/ kedua fonem ini diakui sebagai fonem
lazim dalam sistem fonologi bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1994:15). Namun apabila diselidiki lebih teliti secara historis,
ternyata kedua fonem ini bukan fonem asli Indonesia, ini bisa dibuktikan bahwa
semua kata-kata yang menggunakan fonem /kh/ dan /sy/ masih bisa dilacak aslinya
berasal dari bahasa Arab.
Kalau
kedua fonem /kh/ dan /sy/ ini bukan asli Indonesia tentu saja pada awal
munculnya dalam bahasa Indonesia bisa dianggap sebagai gejala penyimpangan atau
gejala yang anomalis, tetapi setelah demikian lama berlangsung serta dengan frekuensi
kemunculan yang cukup tinggi, lama-kelamaan akan dianggap sebagai gejala yang
wajar, tidak lagi dianggap gejala penyimpangan dengan demikian dapat dikatakan
sebagi gejala yang analogis.
Dari
kenyataan historis ini memperlihatkan bahwa ada suatu peristiwa
perubahan-perubahan dimana suatu gejala bahasa yang pada awalnya kemungkinan
dianggap anomalis, setelah berlangsung terus menerus dengan frekuensi yang
tinggi maka hal yang dianggap anomalis tersebut bisa berubah kondisinya
sehingga dianggap analogis. Fonem-fonem yang lain yang juga merupakan fonem
serapan- serapan lain adalah : /f /, /q/, /v/, dan /x/.
1.2 Analogi
Dalam Sistem Ejaan
Sistem
ejaan adalah hal yang berhubungan dengan pembakuan. tentu saja pembicaraan
mengenai analogi bahasa disini disandarkan pada ejaan yang berlaku sekarang
yaitu ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Mengenai hal ini ada
pembicaraan yang khusus yaitu tentang penulisan unsur serapan (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).
Menurut
taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa lndonesia dapat dibagi ke
dalam dua golongan besar. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap
ke dalam bahasa Indonesia .seperti kata : reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur
seperti ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi penulisan dan
pengucapannya masih :mengikuti cara asing. Kedua unsur pinjaman yang pengucapan
dan tulisannya telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).
Tentu
saja yang termasuk kriteria analogi bahasa adalah kategori kedua yaitu unsur
serapan yang telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia baik dalam
pengucapan maupun dalam penulisan. Di dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan telah tersusun kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan. Contohnya
:
Kaustik - caustic
Sentral - central
Akomodasi -
accomodation
aksen – accent
kolera – cholera
efek – effect
Contoh-contoh
di atas hanya merupakan sebagian kecil dari contoh yang telah dikemukakan dalam
pedoman tersebut, dan untuk selengkapnya bisa dilihat langsung dari pedoman
yang telah ada yang ternyata aturan-aturannya tidak cukup mudah dihafal, karena
meliputi seperangkat aturan berjumlah 56 point.
PERSPEKTIF
ANOMALI
Anomali
adalah penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa. Suatu satuan dapat dikatakan
anomalis apabila satuan tersebut tidak sesuai atau menyimpang dengan
konvensi-konvensi yang berlaku.
Metode
yang digunakan untuk menentukan anomali bahasa pada kata-kata serapan dalam
bahasa Indonesia disini adalah sama dengan metode yang digunakan untuk
menetapkan analogi bahasa yaitu dengan memperbandingkan unsur intern dari
bahasa penerima pengaruh, suatu kata yang tampak sebagai kata serapan
dibandingkan atau dilihat dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Apabila kata tersebut ternyata tidak menunjukkan kesesuaian dengan kaidah yang
berlaku berarti kata tersebut masuk kata yang anomalis. Sama seperti pada kata
yang analogis, kata-kata yang anomalis juga bisa dalam bentuk fonologi, ejaan
maupun struktur.
2.1 Anomali Dalam
Sistem Fonologi
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia secara utuh tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan
untuk dibaca bagaimana aslinya, sehingga menyebabkan timbulnya anomali dalam
Fonologi.
Contoh-contoh anomali dalam fonologi antara lain adalah :
Indonesia aslinya
Export
export
Expose
expose
Exodus
exodus
2.2 Anomali Dalam Sistem Ejaan
Semua kata-kata yang asing yang masih
diserap secara utuh tanpa melalui penyesuaian dengan kaidah di dalam penulisan,
pada umumnya merupakan kata-kata yang anomalis di dalam bahasa Indonesia.
Contoh kata-kata
tersebut antara lain adalah :
Bank - bank (Inggris)
Intern - intern (Inggris)
Modem - modem (Inggris)
qur'an - qur'an (Arab)
jum'at - jum'at (Arab)
fardhu - fardhu (Arab)
Kata-kata
seperti tersebut di atas temasuk anomali bahasa karena tidak sesuai dengan
kaidah di dalam bahasa Indonesia. Hal-hal yang tidak sesuai disini adalah :
<nk>, <m>, <'> dan <dh>. Ejaan-ejaan ini tidak sesuai
dengan ejaan dalam bahasa Indonesia.
Kadang-kadang
juga ditemukan kata-kata asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia dan
ditulis sebagaimana aslinya, akan tetapi untuk muncul sebagai gejala anomalis
karena secara kebetulan kata-kata tersebut tidak rnenyimpang dengan kaidah
dalam bahasa Indonesia.
Contoh kata-kata ini antara lain adalah :
Indonesia
aslinya
era era (Inggris)
label label (Inggris)
formal formal (Inggris)
edit edit (Inggris)
2.3 Anomali Dalam Struktur
Karena pembicaraan kita adalah tentang kata
maka yang dimaksud disini adalah juga struktur tentang kata. Kata adakalanya
terdiri dari satu morfem, tetapi adakalanya tersusun dari dua morfem atau
lebih.
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia adalah kata-kata sebagai satu satuan utuh baik terdiri dari satu
morfem, dua morfem atau lebih.
Misalnya :
Indonesia aslinya
federalisme federalism (Inggris)
bilingual bilingual (Inggris)
dedikasi dedication (Inggris)
edukasi education (Inggris)
eksploitasi exploitation (Inggris)
Kata-kata
seperti tersebut dalam contoh, proses penyerapannya dilakukan secara utuh
sebagaii satu satuan. Jadi kata "Federalisme" tidak diserap secara
terpisah yaitu "Federal" dan "isme". Kata
"bilingual" tidak diserap "bi", "lingua" dan
"aI". Kata dedikasi tidak diserap dari "dedicate" dan
"tion" demikian seterusnya kata "edukasi" tidak diserap
dari "educate" dan "tion".
Kata serapan dari bahasa Inggris yang aslinya berakhir dengan
"tion” yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan mengalami penyesuaian
sehingga berubah menjadi "si" diakhir kata berlangsung dengan
frekwensi sangat tinggi. kenyataan ini melahirkan masalah kebahasaan yaitu
munculnya akhiran sasi yang melekat pada kata-kata yang tidak berasal dari
bahasa Inggris sehingga timbul kata-kata seperti :
Islamisasi - islam + sasi
kristenisasi - kristen + sasi
neonisasi - neon + sasi
polarisasi - pola + sasi
jawanisasi - jawa + sasi
Proses pembentukan
seperti ini dalam linguistik lazim disebut “anologi" (bedakan istilah
analogi dalam linguistik dengan istilah dalam filsafat bahasa). Penggunaan
istilah anologis ini memang wajar karena maksudnya adalah menggunakan bentuk
yang sesuai dengan bentuk yang telah ada. artinya penggunaan struktur neonisasi
didasar kata pada kata: mekanisasi dan sejenisnya yang telah ada.
Akan tetapi apabila kita bandingkan dengan
kaidah gramatikal khususnya yang berkaitan dengan struktur morfologi kata,
sebenanya akhiran (sasi) di dalam bahasa Indonesia tidak ada. Dengan demikian
hal ini termasuk gejala anomali bahasa. Namun masalah selanjutnya adalah
tinggal masalah pengakuan dari para pakar yang memiliki legalitas di dalam
bahasa. Apakah akhiran (sasi) ini dianggap resmi atau tidak di dalam bahasa
Indonesia, kalau dianggap tidak resmi berarti akhiran (sasi) ini benar
murupakan gejala anomali. Tetapi kalau akhiran (sasi) inii sudah bisa diterima
sebagai akhiran yang lazim dalam bahasa Indonesia maka Ada perubahan dari
anomali menjadi anologi.
Kasus seperti ini tidak hanya terjadi pada
proses penyerapan dari bahasa Inggris, tetapi ternyata terjadi juga pada bahasa
Arab, yaitu adanya akhiran (i), (wi), (ni). Pada awalnya akhiran ini memang
melekat langsung pada kosa kata bahasa Arab yang diserap secara utuh ke dalam
bahasa ldonesia. Kata kata seperti :
Indonesia aslinya
msanl msanl
duniawi dunyawi
ruhani ruhani
Diserap secara utuh dari bahasa Arab,
akhirnya akhiran (i), (wi) dan (ni) ini digunakan di dalam bahasa Indonesia,
dilekatkan pada kata-kata yang tidak berasal dari bahasa Arab, seperti :
aslinya
gerejani gereja + ni
ragawi raga + wi
Kasus akhiran (ni) dan (wi) dalam bahasa
Indonesia ini sama seperti kasus akhiran (sasi) hanya saja berbeda dari sudut
frekwensinya yakni frekwensi akhiran (wi) dan (ni) lebih jarang dibandingkan
dengan akhiran (sasi).
KESIMPULAN
Analogi
dan anomali bahasa terjadi di dalam bahasa Indonesia dan secara khusus terjadi
di dalam kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia.
Suatu gejala bahasa pada awalnya bisa
dianggap anomali, namun setelah berlangsung terus menerus dengan frekwensi yang
tinggi bisa berubah menjadi analogi. Suatu gejala bahasa apakah termasuk ke
dalam kriteria analogi atau anomali sebenarnya tergantung pada keberteriman
masyarakat terutama mereka yang memiliki legalitas tentang bahasa. Penyimpangan
bahasa dari konvensi dengan frekwensi yang kecil cenderung dikatakan sebagai
gejala yang anomalis.
SARAN
Bahasa
Indonesia tidak akan tetap terjaga apabila tidak diadakan pusat bahasa dan
balai bahasa serta tempat pelatihan dan pengajaran tentang tata bahasa. Maka
pembelajaran bahasa disetiap sekolah-sekolah pada setiap jenjang pendidikan
nyata diperlukan karena akan membantu memlihara kesucian dan keaslian bahasa,
agar selalu tehindar dari kontaminasi budaya bahasa asing.
KATA PENUTUP
Demikianlah hasil dari makalah yang
telah saya buat dalam rangka memperdalam wawasan tentang kata serapan dalam
bahasa indonesia. Semoga dengan terbentuknya makalah ini, saya dapat memberikan
pengetahuan yang luas kepada semua orang yang membacanya. saya juga berharap
bahwa dengan terbentuknya makalah ini, semua orang yang membutuhkan bahan-bahan
yang terkait dengan kata serapan dalam bahasa indonesia menjadi tertolong dan
tidak kesulitan dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.
Semoga apa yang tertulis di dalam
makalah ini selalu abadi dan memberikan berkah yang tiada hentinya dalam
kehidupan kita bersama
Terima kasih atas segala terbentuknya
makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pembacanya.amin…
Cilegon, 5 November 2010
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Darmawati, Uti. 2009. Detik Detik Ujian Nasional Bahasa
Indonesia. Klaten: PT Intan
Prawira
Taufik, Imam. 2007.
Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar