Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah.
Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak –
anak di bawah usia 15 tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum
ditemukan di klinik, yaitu :
· Otitis Media Akut
· Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi)
· Otitis Media Kronik
Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan
di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi.
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya
cairan di dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif.
Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah
yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada
agen penyebab definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media
dengan efusi lebih banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis
media akut dan biasanya dikenal dengan “glue ear”. Bila terjadi pada orang
dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus
dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah mengalami
radioterapi dan barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba
eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi.
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan
dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode
berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan
perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya
mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan
osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi
mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotic
yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens
akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada
pasien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami
infeksi telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan
beberapa dari infeksi kronik ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma,
yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar
membrane timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral
membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan
sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila
tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis
nervus fasialis ( N. Cranial VII ), kehilangan pendengaran sensorineural dan/
atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.
Etiologi
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri
patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering
terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya
(eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis
alergika). Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah
Streptococcus peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan
Moraxella catarrhalis.
Patofisiologi
Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii
seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga
timbul tekanan negative di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan
drainase cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esophagus ke
daerah ini yang secara normal bersifat steril. Cara masuk bakteri pada
kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret
dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi
membran tymphani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan
mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
Manifestasi Klinis
v Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya
infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini
biasanya unilateral pada orang dewasa.
· Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa
tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic (
pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator
balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
· Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
· Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
· Demam
· Anoreksia
· Limfadenopati servikal anterior
v Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh
atau gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau
berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane
tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi
pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram
biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.
v Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan
pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk.
Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah
post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma,
sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani
memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa
putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui
lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh
ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan
kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga
luar
2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan
membrane timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan
timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
Penatalaksanaan Medis
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada
efektifitas terapi ( e.g : dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi
terapi ), virulensi bakteri, dan status fisik klien
Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan
pertama adalah Amoksisilin; pilihan kedua – digunakan bila diperkirakan
organismenya resisten terhadap amoksisilin – adalah amoksisilin dengan
klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin
sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan eritronmisin
dan sulfonamide atau trimetoprim – sulfa.
Untuk otitis media serosa ( otitis media dengan efusi ),
terapi yang umum dilakukan adalah menunggu. Keadaan ini umumnya sembuh sendiri
dalam 2 bulan.
Untuk otitis media serosa yang persisten, dianjurkan untuk
melakukan miringotomi. Miringotomi adalah prosedur bedah dengan memasukkan
selang penyeimbang tekanan ke dalam membrane timpani. Hal ini memungkinkan
ventilasi dari telinga tengah, mengurangi tekanan negative dan memungkinkan
drainase cairan. Selang itu umumnya lepas sendiri setelah 6 sampai 12 bulan.
Kemungkinan komplikasinya adala atrofi membrane timpani, timpanosklerosis
(parut pada membrane timpani), perforasi kronik, dan kolesteatoma.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN OTITIS MEDIA
Pengkajian
o Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
o Kaji adanya peningkatan suhu (indikasi adanya proses
infeksi)
o Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
o Kaji status nutrisi dan keadekuatan asupan cairan
berkalori
o Kaji kemungkinan tuli.
Diagnosa Keperawatan
v Nyeri R/t Inflamasi pada jaringan telinga tengah
v Perubahan Sensori – Persepsi ; Auditorius R/t Gangguan
penghantaran bunyi pada organ pendengaran
v Gangguan Body Image R/t paralysis nervus fasialis ; facial
palsy
v Ancietas R/t Prosedur pembedahan ; Miringopalsty /
mastoidektomi
Intervensi Keperawatan
v Nyeri R/t proses inflamasi pada jaringan telinga tengah
Tujuan : Penurunan rasa nyeri
Intervensi :
o Kaji tingkat intensitas klien & mekanisme koping klien
o Berikan analgetik sesuai indikasi
o Alihkan perhatian klien dengan menggunakan teknik – teknik
relaksasi : distraksi, imajinasi terbimbing, touching, dll
v perubahan sensori – persepsi ; Auditorius R/t Gangguan
penghantaran bunyi pada organ pendengaran.
Tujuan : memperbaiki komunikasi
Intervensi :
o mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
o Memandang klien ketika sedang berbicara
o Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
o Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung
pada gerab bibir
o Menggunakan tanda – tanda nonverbal ( mis. Ekspresi wajah,
menunjuk, atau gerakan tubuh ) dan bentuk komunikasi lainnya.
o Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien
tentang bagaimana teknik komunikasi yang efektif sehingga mereka dapat saling
berinteraksi dengan klien
o Bila klien menginginkan dapat digunakan alat bantu
pendengaran.
v Gangguan Body Image R/t paralysis nervus fasialis
o Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih
dahulu
o Beritahukan pada klien kemungkinan terjadinya fasial palsy
akibat tindak lanjut dari penyakit tersebut
o Informasikan bahwa keadaan ini biasanya hanya bersifat
sementara dan akan hilang dengan pengobatan yang teratur dan rutin.
v Ancietas R/t prosedur pembedahan ; miringoplasty /
mastoidektomi.
o Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk
mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya mengenai pembedahan.
o Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi
penting untuk diketahui klien sebelum pembedahan
o Mendiskusikan harapan pasca operatif dapat membantu
mengurangi ansietas mengenai hal – hal yang tidak diketahui klien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar