10 April 2011

Papan Kelas atas


Papan Kelas atas
By: Tri Hardiansyah

Setelah berjalan lebih dari dua bulan, ku coba memahamimu, mengerti dan memendam rasa sakit yang timbul akibat ulah mu, ku biar kan menunduk di bawah terikkan matahari yang panas, melaras kan luka yang memberikan kedinginan, mencoba bersabar meski pun engkau tak mengerti sehingga detak jantung yang biasanya berlari cepat mulai berlahan-lahan melangkah dengan lemah tiada tertara.
Awan yang putih telah engkau ganti warnanya gelab seketika, tiada ku sangka mulut mu yang manis menggoreskan sandiwara yang sangat indah menusuk jantung dan  seluruh tubuh ku sehingga diriku tak berdaya lagi untuk mengenalmu lebih dalam lagi, apalah salah ku sehingga engkau tombak diriku dengan berbagai kisaran yang tajam, sekarang diriku hanya mampu terdiam tiada bergeming dan berpikir terimakasih atas warna yang pernah engkau ukir di dalam jiwaku, terimakasih atas pelajaran yang tak mungkin ku dapat dari sebuah jendela dunia dan terimakasih telah mengisi ruang hati ku yang kosong, diriku sekarang mendekat tak mampu berbicara pun hanya bisa membisu, ku akui Sandiwara mu memang papan kelas atas menancapkan luka yang teramat dalam, menghentikan aliran darah ku yang selalu mengalir, merapuhkan tulang-tulangku ini, tapi ada sebuah kata yang sangat tersirat dalam hatiku yang mengalir dari butir-butiran saraf ku sebuah kata yang selalu membuat ku untuk selalu menghargai seseorang “Jarum Jam itu pasti berputar dengan waktu yang berbeda sehingga tinggal kitalah untuk mengerti arti sebuah perubahan.”
Sekarang hampa, suram, pekat, semua menyatu dalam rumpun hati ku ini melihat langit pun seakan dia menertawakan ku, mentari memberi tepuk tangan atas indahnya engkau mengobrak-abrik perasaan dan jiwa ku. Sungai-sungai yang mengalir berhenti sejenak mengisi aliran air mata yang tak mampu di bendung pelupuk mata rasanya ingin ku berlari sekuat tenaga hingga lepas semua raga ku ini, memekik sebesar-besarnya sampai robeklah jiwa ini dan menangis sepuasnya sehingga dunia ini pun tak mampu mengalirkan air mata ini. Tapi semua cerita itu akan berakhir dan inilah saatnya sandiwaramu terhadap ku berakhir.

Tidak ada komentar: