6 Juni 2011

Di balik Awan Gelap


Di balik Awan Gelap
            Pertama saat aku melihat dan menginjakkan kaki di atas pondasi pendidikan yang sangat indah dan mewah, kemewahannya menyumbang berbagai prestasi untuk negeri ini, guru-guru yang handal yang memang pantas jika di bilang unggul, otak mereka begitu bekerja dalam mengajar mengayunkan melodi pelajaran dengan enak dan sangat menyenangkan aku terkagum-kagum bukan kepalang, jika mereka menjelaskan seperti semua buku pelajaran milik mereka, jika mereka berhitung seakan mereka penemu angka-angka itu.
            Saat itu semua isi sekoalh kedatangan seorang guru yang juga kehebatannya luar biasa dari universitas yang terkenal di negeri ini, dengan gelar yang juga tinggi, aku benar-benar kagum dengan ini guru, mengingatkan betapa kecilnya aku yang dari desa yang jauh dari pangkuan kota besar seperti mereka, guru ku telah menghipnotis pribadi ku, apalagi isi sekolah ku ini memang orang yang unggul dan ber IQ tinggi, aku lagi-lagi terasa kecil untuk bersaing dengan mereka, pada saat aku kelas x aku masih ingat dengan pertanyaan saat aku mulai masuk di sekolah ini, “Siapa yang juara kelasnya saat SMP?” seorang guru dengan jilbab yang membuat dirinya tampak indah, dengan sekontan saja siswa menjawab dengan mengangkat jarinya, kulihat pemandangan luar biasa ternyata semua isi kelas ku saat itu semuanya juara umum satu sampai tiga, aku yang juga pemegang juara kelas saat di SMP yang terpencil itu tak mampu mengangkat jari karena malu jika di bandingkan dengan mereka, mereka di isi dengan ilmu dan buku yang luar biasa banyaknya sementara sekolah ku yang didesa hanya mengandalkan ilmu guru yang keluar dari mulutnya karena jauhnya jarak untuk membeli sebutir kertas yang berilmu, aku sangat membenci jika anak-anak yang telah di berikan kesempatan belajar di sia-siakan, aku pun tertunduk malu ketika kat-kata kepala sekolah SMP ku pernah berkata saat kami upacara dengan podium yang tak semewah di sekolaha lain beliau berkata “Jika kalian memang hebat keluar kalin dari sekolah ini setelah lulus nanti dan rasakan kebatan sekolah di luar sana, kalian bagaikan katak dalam tempurung” katanya dengan bijak seolah pidatao bung karno, kata-kata itu memang benar dan ku rasa sangat benar, saat itu kami terlalu sombong dengan kondisi jalan yang  bagaikan lumpur dan gelapnya jika malam dan hitamnya hidung kami jika belajar karena asap yang menebus hidung kami dengan lampu yang biasa kami sebut lampu batuk.
            Salut-salut bukan kepalang untuk penduduk sekolah ku saat SMA, tapi ada suatu yang sangat ku benci dari seolah yang megah ini, penghuninya salain hebat dan taat juga tak kalah dengan kondisi yang tak beradap mereka sombong dan memperkecil orang yang sudah kecil, saat itu aku berjanji di dalam hati ku “aku harus lebih berhasil dari orang yang pernah kulihat ini” janji itu membuat ku tak bias nyenyak tidur karena pernah seorang guru mengtakan kepada ku “anda itu bodoh, dan jika anda bertemu dengan saya anda harus berhasil” meski kata-kata itu memotivasi saya, tapi saya sangat benci kata-kata itu, mereka tidak menyadari jika ingin menyamai kedudukan dengan siswa yang lain aku harus menyiapkan dua tahun duduk di depan buku-buku sementar mereka hanya duduk saja dalam satu menit karena mereka telah menerimanya dengan kondisi yang berbeda, di desa ya di desa semuanya tak mudah di jangkau selayaknya di kota, ilmu di kota dan buku di kota itu luas apalagi jika telah di setel dengan internet yang akan memperdalam ilmu, sementara di desa jangankan internet buku pun hanya mampu di beli setahun sekali karena itu, aku akan berusaha dengan sekut tenaga untuk memenuhi janji aku itu, mimpi ku begitu kuat meski terkadang aku terjatuh dan kecewa dengan mimpi itu, dengan mimpi itu aku akan sekuat tenaga agar mencapai terangnya kehidupan di balik awan yang terlihat gelap, teman-teman dan perjalanan hidup dari desa yang terpencil membuat ku yakin bahwa aku mampu mencapai mimpi itu.

Tidak ada komentar: