28 Mei 2011

Embun Kehidupan

       Matahari belum terlihat bangun dari gulungan mimpinya, uap yang keluar menjelma menjadi embun di atas dedaunan masih terlihat jernih , menetes ngikuti ruas-ruas daun hingga menuju bumi dan hilang tiada berbekas, debu-debu belum bertebaran, bergoyang di atas mata angin yang membawanya hilir-mudik.
       Tertegun aku melangkah melintasi embun, kabut yang menutupi bangunan-bangunan yang akan terlihat ketika sebercik cahaya datang menyinari persada bumi ini, terus melangkah mengejar sesuatu yang hanya dapat ku usahakan meski belum tau apa yang akan ku dapat nanti sebelum mentari datang menghiasi jagat raya ini. mimpi itu terus ku kejar meski tertutup embun, dan terlintas debu, harapan-harapan itu terus ku yakini, dengan pergi sebelum mentari melihatku saat akan melakukan pekerjaan, meski terkadang aku bagaikan layar yang terus melaju mengitari mata angin dan jalur laut tertepi dan terombang-ambing dalam gulungan dan arus gelombang.
      Aku tak tau lagi meski bagaimana, saat mentari telah beranjak menampakkan sinarnya, aku ini terlalu lemah untuk mengitari luasnya lautan dan bumi ini, jika aku berharap dan bermimpi tinggi mungkin dan pasti tak ada salahnya, karena di dalam tubuh diriku yang lemah masih ada energi untuk mimpi itu.

Embun-embun itu hanya menetes hari ini saja jika esok harinya embun itu telah berganti, maka aku akan bekerja dan berusaha sekuat tenaga untuk hari ini karena hari esok belum dapat ku temui setelah melakoni hari ini, begitulah juga dengan mimpi, aku akan berusaha untuk mimpi itu.

Tidak ada komentar: