Dalam
teori Gestalt, hal yang perlu diperhatikan adalah konsep tentang form, yaitu
suatu elemen yang terstruktur dan tertutup dalam pandangan visual seseorang.
Hukum-hukum pada teori Gestalt antara lain:
- Proksimitas atau kedekatan jarak merupakan kondisi yang paling sederhana dari suatu organisasi. Menurut teori Gestalt, obyek-obyek yang memiliki jarak yang lebih dekat cenderung dilihat lebih berkelompok secara visual.
- Similiaritas, bila elemen-elemen memiliki similiaritas atau kualitas yang sama dalam hal ukuran, tekstur dan warna, maka elemen-elemen tersebut cenderung akan diamati sebagai suatu kesatuan.
- Ketertutupan, unit visual cenderung membentuk suatu unit yang tertutup. Persepsi individu sangat tergantung dari fokus pandangannya, sehingga bagian yang terbuka pada suatu elemen akan otomatis dianggap sebagai suatu yang tertutup.
- Kesinambungan, hukum ini menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengamati suatu elemen yang berkesinambungan sebagai satu kesatuan unit.
- Bidang dan simetri, hukum ini menyatakan semakin kecil area tertutup dan simetris semakin cenderung terlihat sebagai suatu unit.
- Bentuk dan latar, bahwa sebuah obyek akan terlihat berbeda ketika sebuah bentuk memiliki latar yang kontras.
Esensi dari teori Gestalt adalah bahwa keseluruhan lebih penting
daripada bagian-bagiannya.
Teori Gestalt menjelaskan bahwa persepsi tidak berdasarkan pada respon yang
terisolasi terhadap stimulus khusus, tetapi lebuh kepada reaksi terhadap
stimulus total. Implikasi lain dari persepsi adalah adanya reaksi aktif
terhadap lingkungan. Manusia secara aktif akan membuat struktur dan mengatur
perasaan terhadap stimulus yang ada. (Deddy Halim, 2005)
Berikutnya
adalah teori transaksional, teori ini menjelaskan tentang peranan pengalaman
persepsi dan menekankan hubungan dinamis antara manusia dan lingkungan.
Persepsi merupakan transaksi di mana lingkungan dan pengamat saling
bergantung satu dengan yang lainnya. William Ittelson (1960) mendefenisikannya
sebagai berikut:
“Persepsi
adalah bagian dari proses yang hidup, di mana setiap orang, dari sudut
pandangnya masing-masing menciptakan dunianya dalam mencapai kepuasan”.
Persepsi
adalah transaksi saling bergantung antara lingkungan dan pengamat (Deddy Halim,
2005). Informasi yang didapat seseorang dari lingkungan memiliki
properti-properti simbolis yang memberi makna, kualitas ambient (tidak
kasat mata), memunculkan respon-respon emosional, dan pesan-pesan motivasional
yang menstimulus kebutuhan. Seseorang juga menempatkan nilai dan properti
estetik terhadap hal tersebut. Karena manusia membutuhkan persepsi untuk
memahami lingkungan sebagai sebuah pola hubungan yang penuh makna, maka
pengalaman masa lalu membentuk dasar-dasar pemahaman terhadap hal yang baru.
Kontribusi
penting dari teori transaksional terhadap teori desain arsitektur adalah,
pengalaman membentuk orang untuk memberi perhatian kepada lingkungan dan kepada
apa yang penting bagi dirinya.
Salah satu
aspek penting dari desain interior adalah mengenai jumlah privasi yang
disediakan. Altman (1975) mendefenisikan privasi sebagai kontrol seleksi
manusia untuk mengakses kepentingan diri sendiri dan kelompok. Defenisi ini
mempunyai dua elemen penting; pertama adalah privasi sebagai kemampuan untuk
memisahkan diri dari orang lain, dan kedua adanya ukuran-ukuran fisik dari
ruang untuk mendapatkan privasi. Altman (1975) mengakui pentingnya aspek
privasi ruang personal untuk menyajikan informasi mengenai diri seseorang.
Karena privasi ini merupakan proses dinamis, sejauh mana orang itu terbuka atau
tertutup dari orang lain. Ruang personal dan perilaku teritorial adalah
mekanisme privasi yang setidaknya bisa diterima seseorang untuk mencapai
tujuannya (Deddy Halim, 2005).
Setiap
orang menginginkan adanya komunikasi dari aspek-aspek kepribadian mereka dengan
orang lain yang mampu merefleksikan keterikatan mereka terhadap ruang. Sifat
privasi dalam arsitektur cenderung dipersonalisasi dengan dukungan presentasi
dan informasi dari lingkungan fisiknya.
Banyak
penelitian tentang jarak proksemik yang telah dilakukan, varian yang didapat
antara lain jarak intim (0-0,45m), jarak pribadi (0,45-1,2m), jarak sosial
(1,2-3,6m), jarak publik (>3,6m), jika dibagi menjadi subfase pada
masing-masing jaraknya, akan didapat hal sebagai berikut:
Jarak intim
- fase dekat (0-15 cm): perlindungan dan kasih sayang, pandangan tidak tajam, tidak perlu suara
- fase jauh (15-45 cm): jarak sentuh, tidak layak di muka umum, pandangan terdistorsi, bau tercium, suara berbisik
Jarak pribadi
- fase dekat (0,45-0,75 m): mempengaruhi perasaan, pandangan terganggu, fokus lelah, tekstur jelas.
- fase jauh (0,75-1,2 m): pembicaraan soal pribadi, pandangan baik, suara jelas/perlahan.
Jarak sosial
- fase jauh (2,1-3,6 m): melihat diri, formalitas.
- fase dekat (1,2-2,1 m): dominasi dan kerja sama.
Jarak publik
- fase jauh (>7,5 m): pembicara dengan audiens.
- fase dekat (3,6-7,5 m): belum saling kenal.
Studi
menunjukaan bahwa perbedaan individu dan situasi selain menentukan jarak
personal juga mempengaruhi orienasi tubuh seseorang terhadap orang lain. Salah
satunya adalah variabel jenis kelamin, misalnya laki-laki lebih menyukai posisi
berhadapan (muka- muka) dengan orang yang disukainya, sementara perempuan
lebih suka memilih posisi bersebelahan.
Hal ini
dibuktikan oleh penelitian Byrne, Baskett, dan Hodges (1971) yang melakukam
eksperimen, dimana subyek lelaki dan perempuan dimasukkan ke dalam ruang yang
memiliki posisi duduk bersebelahan dan berhadapan dan terdiri dari dua kelompok
orang; yang disukainya dan yang tidak disukainya. Subyek perempuan memilh duduk
bersebelahan dengan kelompok yang disukainya, sedangkan lelaki memilih
berhadap-hadapan dengan kelompok yang disukainya.
Altman
(1975) mengajukan suatu model yang menghubungkan privasi, ruang personal,
teritorial, dan kesesakan dengan mengenggap “sesak” sebagai akibat dari
kegagalan mencapai tingkat privasi yang diinginkan.
(Psikologi
Arsitektur – Dedy Halim)
Sumber: http://miphz.wordpress.com/2011/06/06/teori-gestalt/
2.Teori Von Bertalanffy
Teori
Sistem.Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini
sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di
mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat. Kata ini digunakan untuk
banyak hal dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. .
Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang
memiliki hubungan di antara mereka.
Elemen Dalam Sistem
Pada prinsipnya, setiap sistem
selalu terdiri atas empat elemen:
• Objek, yang dapat berupa bagian,
elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda fisik, abstrak, ataupun keduanya
sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut.
• Atribut, yang menentukan kualitas
atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.
• Hubungan internal, di antara objek-objek
di dalamnya.
• Lingkungan, tempat di mana sistem
berada.
Jenis Sistem
Ada berbagai tipe sistem berdasarkan
kategori:
Atas dasar keterbukaan:
1. sistem terbuka, dimana pihak luar
dapat mempengaruhinya.
2. sistem tertutup, dimana pihak
luar tidak dapat mempengaruhinya.
Atas dasar komponen:
1. Sistem fisik, dengan komponen
materi dan energi.
2. Sistem non-fisik atau konsep,
berisikan ide-ide.
Teori sistem merujuk pada
serangkaian pernyataan mengenai hubungan diantara variabel dependen dan
independen yang diasumsikan berinteraksi satu sama lain. Artinya perubahan
dalam satu atau lebih dari satu variabel bersamaan atau disusul dengan
perubahan variabel lain atau kombinasi variabel.
Anatol Rapoport menyatakan, “satu
kesatuan yang berfungsi sebagai satu kesatuan karena bagian-bagian yang saling
bergantung dan sebuah metode yang bertujuan menemukan bagaimana sistem ini
menyebabkan sistem yang lebih luas yang disebut sistem teori umum”.
Teori sistem umum adalah suatu model
yang dikembangkan oleh von Bertalanffy (1968, 1975) dan diterapkan pada
praktek keperawatan oleh Putt (1978). Teori menganjurkan analisa pada semua
bagian dari sistern, hubungan di antara bagian-bagian dari sistem, begitu juga
tujuan, keyakinan dan tugas-tugas dari sistem. Yura dan Walsh (1978)
menyederhanakan teori sistem umum dengan mengatakan bahwa teori ini melibatkan
tujuan, isi dan proses.
Von Bertalanffy (1968) menentukan
dua jenis utama dari sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka, sebagai
cara untuk mengkonseptualisasi dunia dan jagad raya. Sistem tertutup berakhir
apabila sejumlah kebutuhan telah dipenuhi. Pada sistern tertutup, hasil
lanjutannya dapat diduga secara tepat.
Sistem terbuka tidak mempunyai
jumlah yang pasti dan tidak dapat diperkirakan secara pasti. Manusia merupakan
sistem terbuka karena meskipun seseorang dapat menghabiskan sejumlah besar
waktunya untuk menemukan harta, kepribadian, keinginan dan harapan manusia;
akan selalu ada hal yang tidak diketahui. Karenan sistem-sistem terbuka
merupakan satu-satunya perhatian untuk dipelajari, ketika teori sistem umum
diterapkan dalam manajemen (dalam hal ini manajemen pembelajaran).
Von Bertalanffy (1968) mengenali
empat asumsi dari sistem terbuka:
1. Suatu sistem adalah lebih dari
sekedar jumlah dari bagian-bagiannya dan tersusun dari semua orang dan
benda-benda didalamnya, tetapi sistem campuran ini mengandung lebih daripada
unsur-unsur pokoknya. Campuran ini memiliki sebuah karakter sendiri, terdiri
dari bagian-bagian tetapi berbeda dari bagian-bagian tersebut. Sistem atau
kelompok ini menjadi ”saya” atau orang pertama, dan bukan orang-orang serta
benda-benda di dalam sistem itu. Suatu kelompok orang yang bekerja bersama
mengarah ke tujuan yang sama merupakan tugas utama seorang manajer, meskipun
kelompok-kelompok jarang berfungsi secara sempurna. Semakin banyak/ besar
kelompok untuk bekerja mencapai suatu tujuan, maka akan semakin tinggi
kemungkinan pencapaian tujuan secara efektif. Ini adalah prinsip dibalik
tawaran unit-unit kolektif. Tetapi, tantangan bagi manajemen adalah
mem¬pertahankan kelompok-kelompok bekerja untuk organisasi, bukan melawan
organi¬sasi.
2. Suatu sistem selalu berubah.
Hilangnya satu anggota atau satu
bagian dari sebuah sistem atau masuknya satu anggota atau sebuah perangkat
dapat merubah sis¬tem. Pada skala yang lebih kecil, lintasan waktu juga merubah
suatu sistem. Karena manusia terus-menerus belajar dari lingkungannya dan
kemudian berubah bersama lingkungannya, maka orang selalu berbeda pada setiap titik
waktu. Meskipun suatu kelompok dapat terdiri dari unsur pokok yang sama,
kelompok juga selalu berubah karena unsur pokok selalu berubah. Seorang
pemimpin yang efektif harus memberi¬kan kesempatan untuk pertumbuhan kelompok
(atau kemunduran) yang dicerminkan dalam tujuan-tujuan kelompok dan
strategi-strategi yang terbaik untuk mencapai tujuan. Proses ini membutuhkan
pengkajian kelompok secara terus-menerus.
3. Suatu sistem memiliki
batasan-batasan yang dirumuskan dalam tujuan sistem. Suatu lembaga pelayanan
kesehatan dapat dianggap sebagai suatu sistem. Semua manusia dan sumber daya
material dari lembaga ini adalah bagian-bagian dari sis-tem. Dan sebenarnya,
masyarakat di mana lembaga ini berada juga dapat dianggap sebagai sebuah
supra-sistem. Jagad raya adalah sistem terluar kita yang absolut, sejauh
batasan pengetahuan manusia. Semua yang terjadi didalam dunia masuk kedalam
sub-sub sistem. Satu sistem selalu terkait dengan atau merupakan bagian dari
keseluruhan sistem yang lebih luas.
Kaitannya dalam pemecahan masalah
membutuhkan batasan-batasan yang jelas. Batasan-batasan dapat diten¬tukan
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan menimbulkan efek yang paling
langsung pada penyelesaian terhadap suatu masalah yang ditemui.
Jawabannya menjadi sistem untuk
masalah itu. Dengan demikian, setiap sistem adalah unik untuk setiap masalah;
apalagi mengingat sumber daya manusia dan materi yang tersedia pada saat dan
tempat tertentu. Sistem yang mempunyai tujuan meningkatkan kualitas pelayanan
pada suatu lembaga tertentu mungkin tidak merupakan sistem yang sama pada
lembaga lain atau pada waktu lain di lem-baga yang sama.
4. Sistem mengarah ke tujuan.
Asumsi ini timbul langsung dari
asumsi ter¬dahulu. Begitu masalah atau tujuan ditetapkan, batasan dari suatu
sistem dapat diten¬tukan. Suatu sistem yang tidak bertujuan, tidak memiliki
alasan untuk hadir, tidak ada motivasi untuk berfungsi dan tidak ada pemicu
untuk berhasil.
Keempat asumsi ini membimbing
manajer untuk menyatakan masalah-masa-lah/tujuan-tujuan, untuk menentukan
sistem yang paling bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan, dan untuk
memahami bagaimana kelompok bekerja sebagai satu kesatuan sehingga menjadi
sangat efektif dalam pencapaian tujuan.
Sebuah sistem bisa longgar atau
ketat, stabil atau tidak stabil. Sistem lebih kecil yang disebut subsistem
mungkin hidup dalam sistem yang lebih luas. Sebuah sistem memiliki batas-batas
yang membedakan dari lingkungan. Setiap sistem merupakan jaringan komunikasi
yang membuka aliran informasi untuk proses penyesuaian diri. Setiap sistem
memiliki inputs dan outputs. Sebuah output satu sistem mungkin menjadi input
sistem lain yang biasa juga disebut “feedback”.
Nah,
bagi teman-teman yang mempunyai Teori Chardier Mark dan Teori Caplan tolong
untuk dimasukan ke Inbok, di harapkan teman teman juga bisa membantu untuk
teori yang belum di dapatkan tentang seputar keperawatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar