16 Maret 2012

Teori Para Ilmuan

Dalam teori Gestalt, hal yang perlu diperhatikan adalah konsep tentang form, yaitu suatu elemen yang terstruktur dan tertutup dalam pandangan visual seseorang. Hukum-hukum pada teori Gestalt antara lain:
  1. Proksimitas atau kedekatan jarak merupakan kondisi yang paling sederhana dari suatu organisasi. Menurut teori Gestalt, obyek-obyek yang memiliki jarak  yang lebih dekat cenderung dilihat lebih berkelompok secara visual.
  2. Similiaritas, bila elemen-elemen memiliki similiaritas atau kualitas yang sama dalam hal ukuran, tekstur dan warna, maka elemen-elemen tersebut cenderung akan diamati sebagai suatu kesatuan.
  3. Ketertutupan, unit visual cenderung membentuk suatu unit yang tertutup. Persepsi individu sangat tergantung dari fokus pandangannya, sehingga bagian yang terbuka pada suatu elemen akan otomatis dianggap sebagai suatu yang tertutup.
  4. Kesinambungan, hukum ini menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengamati suatu elemen yang berkesinambungan sebagai satu kesatuan unit.
  5. Bidang dan simetri, hukum ini menyatakan semakin kecil area tertutup dan simetris semakin cenderung terlihat sebagai suatu unit.
  6. Bentuk dan latar, bahwa sebuah obyek akan terlihat berbeda ketika sebuah bentuk memiliki latar yang kontras.
Esensi dari teori Gestalt adalah bahwa keseluruhan lebih penting daripada bagian-bagiannya. Teori Gestalt menjelaskan bahwa persepsi tidak berdasarkan pada respon yang terisolasi terhadap stimulus khusus, tetapi lebuh kepada reaksi terhadap stimulus total. Implikasi lain dari persepsi adalah adanya reaksi aktif terhadap lingkungan. Manusia secara aktif akan membuat struktur dan mengatur perasaan terhadap stimulus yang ada. (Deddy Halim, 2005)
Berikutnya adalah teori transaksional, teori ini menjelaskan tentang peranan pengalaman persepsi dan menekankan hubungan dinamis antara manusia dan lingkungan. Persepsi merupakan transaksi di mana lingkungan  dan pengamat saling bergantung satu dengan yang lainnya. William Ittelson (1960) mendefenisikannya sebagai berikut:
“Persepsi adalah bagian dari proses yang hidup, di mana setiap orang, dari sudut pandangnya masing-masing menciptakan dunianya dalam mencapai kepuasan”.
Persepsi adalah transaksi saling bergantung antara lingkungan dan pengamat (Deddy Halim, 2005). Informasi yang didapat seseorang dari lingkungan memiliki properti-properti simbolis yang memberi makna, kualitas ambient (tidak kasat mata), memunculkan respon-respon emosional, dan pesan-pesan motivasional yang menstimulus kebutuhan. Seseorang juga menempatkan nilai dan properti estetik terhadap hal tersebut. Karena manusia membutuhkan persepsi untuk  memahami lingkungan sebagai sebuah pola hubungan yang penuh makna, maka pengalaman masa lalu membentuk dasar-dasar pemahaman terhadap hal yang baru.
Kontribusi penting dari teori transaksional terhadap teori desain arsitektur adalah, pengalaman membentuk orang untuk memberi perhatian kepada lingkungan dan kepada apa yang penting bagi dirinya.
Salah satu aspek penting dari desain interior adalah mengenai jumlah privasi yang disediakan. Altman (1975) mendefenisikan privasi sebagai kontrol seleksi manusia untuk mengakses kepentingan diri sendiri dan kelompok. Defenisi ini mempunyai dua elemen penting; pertama adalah privasi sebagai kemampuan untuk memisahkan diri dari orang lain, dan kedua adanya ukuran-ukuran fisik dari ruang untuk mendapatkan privasi. Altman (1975) mengakui pentingnya aspek privasi ruang personal untuk menyajikan informasi mengenai diri seseorang. Karena privasi ini merupakan proses dinamis, sejauh mana orang itu terbuka atau tertutup dari orang lain. Ruang personal dan perilaku teritorial adalah mekanisme privasi yang setidaknya bisa diterima seseorang untuk mencapai tujuannya (Deddy Halim, 2005).
Setiap orang menginginkan adanya komunikasi dari aspek-aspek kepribadian mereka dengan orang lain yang mampu merefleksikan keterikatan mereka terhadap ruang. Sifat privasi dalam arsitektur cenderung dipersonalisasi dengan dukungan presentasi dan informasi dari lingkungan fisiknya.
Banyak penelitian tentang jarak proksemik yang telah dilakukan, varian yang didapat antara lain jarak intim (0-0,45m), jarak pribadi (0,45-1,2m), jarak sosial (1,2-3,6m), jarak publik (>3,6m),  jika dibagi menjadi subfase pada masing-masing jaraknya, akan didapat hal sebagai berikut:
Jarak intim
  • fase dekat (0-15 cm): perlindungan dan kasih sayang, pandangan tidak tajam, tidak perlu suara
  • fase jauh (15-45 cm): jarak sentuh, tidak layak di muka umum, pandangan terdistorsi, bau tercium, suara berbisik
Jarak pribadi
  • fase dekat (0,45-0,75 m): mempengaruhi perasaan, pandangan terganggu, fokus lelah, tekstur jelas.
  • fase jauh (0,75-1,2 m): pembicaraan soal pribadi, pandangan baik, suara jelas/perlahan.
Jarak sosial
  • fase jauh (2,1-3,6 m): melihat diri, formalitas.
  • fase dekat (1,2-2,1 m): dominasi dan kerja sama.
Jarak publik
  • fase jauh (>7,5 m): pembicara dengan audiens.
  • fase dekat (3,6-7,5 m): belum saling kenal.
Studi menunjukaan bahwa perbedaan individu dan situasi selain menentukan jarak personal juga mempengaruhi orienasi tubuh seseorang terhadap orang lain. Salah satunya adalah variabel jenis kelamin, misalnya laki-laki lebih menyukai posisi berhadapan (muka- muka)  dengan orang yang disukainya, sementara perempuan lebih suka memilih posisi bersebelahan.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian Byrne, Baskett, dan Hodges (1971) yang melakukam eksperimen, dimana subyek lelaki dan perempuan dimasukkan ke dalam ruang yang memiliki posisi duduk bersebelahan dan berhadapan dan terdiri dari dua kelompok orang; yang disukainya dan yang tidak disukainya. Subyek perempuan memilh duduk bersebelahan dengan kelompok yang disukainya, sedangkan lelaki memilih berhadap-hadapan dengan kelompok yang disukainya.
Altman (1975) mengajukan suatu model yang menghubungkan privasi, ruang personal, teritorial, dan kesesakan dengan mengenggap “sesak” sebagai akibat dari kegagalan mencapai tingkat privasi yang diinginkan.
(Psikologi Arsitektur – Dedy Halim)
Sumber: http://miphz.wordpress.com/2011/06/06/teori-gestalt/

2.Teori Von Bertalanffy

Teori Sistem.Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat. Kata ini digunakan untuk banyak hal dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. . Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka.
Elemen Dalam Sistem
Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat elemen:
• Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut.
• Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.
• Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.
• Lingkungan, tempat di mana sistem berada.
Jenis Sistem
Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori:
Atas dasar keterbukaan:
1. sistem terbuka, dimana pihak luar dapat mempengaruhinya.
2. sistem tertutup, dimana pihak luar tidak dapat mempengaruhinya.
Atas dasar komponen:
1. Sistem fisik, dengan komponen materi dan energi.
2. Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide.
Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai hubungan diantara variabel dependen dan independen yang diasumsikan berinteraksi satu sama lain. Artinya perubahan dalam satu atau lebih dari satu variabel bersamaan atau disusul dengan perubahan variabel lain atau kombinasi variabel.
Anatol Rapoport menyatakan, “satu kesatuan yang berfungsi sebagai satu kesatuan karena bagian-bagian yang saling bergantung dan sebuah metode yang bertujuan menemukan bagaimana sistem ini menyebabkan sistem yang lebih luas yang disebut sistem teori umum”.
Teori sistem umum adalah suatu model yang dikembangkan oleh von Bertalanffy (1968, 1975) dan diterapkan pada praktek keperawatan oleh Putt (1978). Teori menganjurkan analisa pada semua bagian dari sistern, hubungan di antara bagian-bagian dari sistem, begitu juga tujuan, keyakinan dan tugas-tugas dari sistem. Yura dan Walsh (1978) menyederhanakan teori sistem umum dengan mengatakan bahwa teori ini melibatkan tujuan, isi dan proses.
Von Bertalanffy (1968) menentukan dua jenis utama dari sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka, sebagai cara untuk mengkonseptualisasi dunia dan jagad raya. Sistem tertutup berakhir apabila sejumlah kebutuhan telah dipenuhi. Pada sistern tertutup, hasil lanjutannya dapat diduga secara tepat.
Sistem terbuka tidak mempunyai jumlah yang pasti dan tidak dapat diperkirakan secara pasti. Manusia merupakan sistem terbuka karena meskipun seseorang dapat menghabiskan sejumlah besar waktunya untuk menemukan harta, kepribadian, keinginan dan harapan manusia; akan selalu ada hal yang tidak diketahui. Karenan sistem-sistem terbuka merupakan satu-satunya perhatian untuk dipelajari, ketika teori sistem umum diterapkan dalam manajemen (dalam hal ini manajemen pembelajaran).
Von Bertalanffy (1968) mengenali empat asumsi dari sistem terbuka:
1. Suatu sistem adalah lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagiannya dan tersusun dari semua orang dan benda-benda didalamnya, tetapi sistem campuran ini mengandung lebih daripada unsur-unsur pokoknya. Campuran ini memiliki sebuah karakter sendiri, terdiri dari bagian-bagian tetapi berbeda dari bagian-bagian tersebut. Sistem atau kelompok ini menjadi ”saya” atau orang pertama, dan bukan orang-orang serta benda-benda di dalam sistem itu. Suatu kelompok orang yang bekerja bersama mengarah ke tujuan yang sama merupakan tugas utama seorang manajer, meskipun kelompok-kelompok jarang berfungsi secara sempurna. Semakin banyak/ besar kelompok untuk bekerja mencapai suatu tujuan, maka akan semakin tinggi kemungkinan pencapaian tujuan secara efektif. Ini adalah prinsip dibalik tawaran unit-unit kolektif. Tetapi, tantangan bagi manajemen adalah mem¬pertahankan kelompok-kelompok bekerja untuk organisasi, bukan melawan organi¬sasi.
2. Suatu sistem selalu berubah.
Hilangnya satu anggota atau satu bagian dari sebuah sistem atau masuknya satu anggota atau sebuah perangkat dapat merubah sis¬tem. Pada skala yang lebih kecil, lintasan waktu juga merubah suatu sistem. Karena manusia terus-menerus belajar dari lingkungannya dan kemudian berubah bersama lingkungannya, maka orang selalu berbeda pada setiap titik waktu. Meskipun suatu kelompok dapat terdiri dari unsur pokok yang sama, kelompok juga selalu berubah karena unsur pokok selalu berubah. Seorang pemimpin yang efektif harus memberi¬kan kesempatan untuk pertumbuhan kelompok (atau kemunduran) yang dicerminkan dalam tujuan-tujuan kelompok dan strategi-strategi yang terbaik untuk mencapai tujuan. Proses ini membutuhkan pengkajian kelompok secara terus-menerus.
3. Suatu sistem memiliki batasan-batasan yang dirumuskan dalam tujuan sistem. Suatu lembaga pelayanan kesehatan dapat dianggap sebagai suatu sistem. Semua manusia dan sumber daya material dari lembaga ini adalah bagian-bagian dari sis-tem. Dan sebenarnya, masyarakat di mana lembaga ini berada juga dapat dianggap sebagai sebuah supra-sistem. Jagad raya adalah sistem terluar kita yang absolut, sejauh batasan pengetahuan manusia. Semua yang terjadi didalam dunia masuk kedalam sub-sub sistem. Satu sistem selalu terkait dengan atau merupakan bagian dari keseluruhan sistem yang lebih luas.
Kaitannya dalam pemecahan masalah membutuhkan batasan-batasan yang jelas. Batasan-batasan dapat diten¬tukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan menimbulkan efek yang paling langsung pada penyelesaian terhadap suatu masalah yang ditemui.
Jawabannya menjadi sistem untuk masalah itu. Dengan demikian, setiap sistem adalah unik untuk setiap masalah; apalagi mengingat sumber daya manusia dan materi yang tersedia pada saat dan tempat tertentu. Sistem yang mempunyai tujuan meningkatkan kualitas pelayanan pada suatu lembaga tertentu mungkin tidak merupakan sistem yang sama pada lembaga lain atau pada waktu lain di lem-baga yang sama.
4. Sistem mengarah ke tujuan.
Asumsi ini timbul langsung dari asumsi ter¬dahulu. Begitu masalah atau tujuan ditetapkan, batasan dari suatu sistem dapat diten¬tukan. Suatu sistem yang tidak bertujuan, tidak memiliki alasan untuk hadir, tidak ada motivasi untuk berfungsi dan tidak ada pemicu untuk berhasil.
Keempat asumsi ini membimbing manajer untuk menyatakan masalah-masa-lah/tujuan-tujuan, untuk menentukan sistem yang paling bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan, dan untuk memahami bagaimana kelompok bekerja sebagai satu kesatuan sehingga menjadi sangat efektif dalam pencapaian tujuan.
Sebuah sistem bisa longgar atau ketat, stabil atau tidak stabil. Sistem lebih kecil yang disebut subsistem mungkin hidup dalam sistem yang lebih luas. Sebuah sistem memiliki batas-batas yang membedakan dari lingkungan. Setiap sistem merupakan jaringan komunikasi yang membuka aliran informasi untuk proses penyesuaian diri. Setiap sistem memiliki inputs dan outputs. Sebuah output satu sistem mungkin menjadi input sistem lain yang biasa juga disebut “feedback”.

Nah, bagi teman-teman yang mempunyai Teori Chardier Mark dan Teori Caplan tolong untuk dimasukan ke Inbok, di harapkan teman teman juga bisa membantu untuk teori yang belum di dapatkan tentang seputar keperawatan

Tidak ada komentar: