Cinta
Benua Siang Malam
Karya:
Tri Hardiansyah
Mentari
telah lama bangun dari mimpinya, menghantamkan sinarnya kepersada bumi ini,
warna-warni dunia mulai kelihatan jelas dari terselimut kabut yang memeluk
gedung-gedung yang menjulang tinggi menggapai langit. Dan debu yang menari-nari
di bawah alunan angin mulai bertebaran mengikuti gerak dan getaran angin yang
menghambat permukan bumi ini, mengubah waktu yang begitu cepat bagaikan seorang
pesulap yang membual parah penontonnya.
Hampa
itulah pikiran yang kosong yang tak terisi dengan sepeser pun pengetahuan saat
rasa yang telah layak ada pada setiap manusia datang menghampiri, melewati mata
hati yang lama-kelamaan menembus permukaan badan yang terkadang dibuatnya lemah
dengan perasaan ini, bahkan perasaan ini mampu menumbangkan pemikiran yang
telah matang, merampas kesetian yang telah lama di bina bagaikan abdi Negara
merunggut masa depannya untuk Negara ini, mata air yang bagaikan berlian pun
tak akan mampu untuk menahannya saat perasaan ini datang menusuk hati bagaikan
terhempas badan di atas samurai. Ku mencoba mencari apa artinya perasaan ini,
setelah menjelajahi dunia perasaan baru ku mengerti apa arti sebuah perasaan
ini? Yang selalu datang mengusik mimpi-mimpi indahku, terkadang aku juga tak
mampu menjemput mimpi yang telah menungguku, merampas butiran-butiran nasiku,
bahkan perasaan ini membuatku menangis bagaikan tsunami yang terkuat di jagat
raya ini, kesombonganku pun tandas di atas perasaan ini, lalu ku mencoba
mencari apa arti perasaan ini, setelah beberapa tahun baru ku mengerti arti
perasaan ini yang biasa di sebut orang-orang dengan sebutan cinta.
Cinta
itulah yang ada di benakku sekarang, mengisi kehampaan pemikiran ku, seseorang
gadis dengan jiwa yang rupawan telah memberikan cinta pada diriku, mengusik dan
meneror malam ku, warna di dunia ini seperti terlihat jelas di mataku, entah
karena apa, tapi yang jelas ini karena semangat cinta yang membiusku. Lalu ku
mencoba menghamparkan badan di atas kasur yang terkadang membuat ku lemah tak berdaya
menarik urat-urat mimpiku, ku layangkan pikiranku untuk cinta yang datang menghampiriku
ini.
“Untuk
apakah cinta”
Itulah pemikiran hampa ku disaat badan terkujur
kaku, sebagian orang menyatakan cinta itu adalah berkah dan sebagian orang
menyatakan cinta pecundang yang munafik, terus melayang pemikiran ini di dahiku
menjadi kunang-kunang di otakku. Cinta telah datang untuk ku, untuk apakah
cinta ini ku coba menghentikan angin cinta yang berkeliaran memenuhi semua isi
otakku.
Angin
cinta terus melayang tak terhentikan di benakku, terus masuk menembus
celah-celah tulangku, membuatku tak karuan bahkan diriku di buat mabuk dan aneh
karena cinta ini. Gadis itu selalu datang dalam mimpi dan lamunanku, membuat
diriku benar-benar aneh dan tak karuan, kesombongaan yang telah pudar di jiwaku
membuat ku tersadar dalam batu kesetian yang terkadang ku sesali karena cinta
yang datang seperti parah perampok.
Cinta,
Cinta, dan cinta baru ku temukan jawabnya, gadis itu telah membuatku tersentak,
mempercepat detak jantung ku, memutar-mutar pikiranku, merubah keadaan dan
penampilanku, kucoba berlari untuk mengobati penyakit cinta ini ke gadis dokter
cinta itu, saat ku berdiri kaku kata-kata itu terus menaiki ludah-ludah dan
menghanguskan ke kakuan mulutku.
“Bolehkah
aku mencintaimu? Wahai gadis yang mengusik mimpiku” kata-kata itu tanpa sadar
melontar-meloncat mengalir dalam gendang telinga gadis itu.
Tersenyum
dengan pandangan yang tertunduk menatap bumi gadis itu menganggukkan kepalanya.
“Yech ha” hatiku gembira bukan kepalang
dengan tangan bagaikan pemain bola kaki yang yang membobol gawang lawan, “uhuiiii” suara itu keluar dari mukutku,
badan ku mengelilingi mata angin yang terus meredahkan detak jantung yang tak
normal lagi karena dokter cinta di hadapanku, gadis itu tersenyum-senyum
melihat diriku yang terus menggebu-gebukan cinta, entah apa yang ada dipikiran
gadis itu tak pernah terbaca dalam pikiran ku.
***
Setelah
beberapa tahun diriku yang terus di mabuk cinta oleh gadis yang anggun rupawan
itu, mulai ku rasa arti sebuah kesetian dan arti sebuah sakit hati, sejenak ku
berkata didalam hati ku, cinta ini datang kepada ku dengan baik maka jika ia
pergi meski tak ku inginkan ia pergi akan ku lepas dengan baik-baik.
Hari
terus berjalan mengisi hening dan ributnya tahun ini, aku yang dulu bahagia
mulai terusik dengan kekecewaan, saat ku sadari bahwa aku bagaikan di
permainkan ku coba berlari mengejar dokter cintaku, berharap dapat sedikit obat
untuk meredahkan hatiku yang kacau balau dengan pemikiran yang tak karuan,
diriku tak pernah menyerah untuk mencari tau mengapa dirinya berubah derastis,
pada awalnya akau tak mendapatkan apa-apa tapi akhirnya ku pahami bahwa aku tak
mungkin bersamanya lagi.
Dengan
wajah yang tenang, ku langkahkan kaki mengitari jalan yang tak terasa indahnya
dan debu-debu jalan berterbangan menerorku.
“wahai
pujaan hatiku, terlalu kelut aku memikirkan mu, bayanganmu kembali mengusik tidur
didalam mimpi-mimpi indah ku, bayangmu yang tak mengenakkan perasaanku terus
membangunkanku dari tidurku, dan menghilangkan nafsu makanku, apakah benar
engkau mencintai dan menyayangi diriku seperti aku yang menyangimu” ku
lampirkan kata-kata itu disecarik kertas karena tanganku telah di perlemah
otot-otot cinta.
“kita
tak mungkin untuk bersama, kita telah berbeda sekarang, engkau terlalu indah
untuk diriku, sedangkan diriku bagaikan pengkhianat perasaanmu, aku memang
mencintaimu, tetapi lelaki yang ada di benakku telah merebut semuanya dariku
sehingga aku tak mungkin bersamamu lagi, cintaku untukmu telah dibawanya pergi
melewati lorong-lorong waktu tanpa sepengetahuanmu, meski diriku tersiksa
dengan pengusik kehidupanku engkau tetap pilihan terbaik yang pernah diriku
kenal” Dokter cintaku membalas uraian kertasku, seperti mengisyaratkan lembaran
kertas obat
“kalau
dirimu tersiksa mengapa engkau mau dengan dirinya?” diriku dengan cepat
membalas kertas yang mulai terisi tinta pena dan seakan kaku mulutku untuk
menggunakan fungsi yang sebenarnya
“tidakkan
bisa dirimu menerima diriku lagi, semua kebohongan telah tertumpah didalam
perjalan cinta kita dan inilah balasan kebohongan diriku, ini sudah menjadi
takdir diriku, mendekati seseorang yang tak ku cintai, biarkan aku tersiksa
dengan kebohongan yang telah ku beriakan padamu, engkau dan aku pernah bersama
tapi sekarang kita takkan bersama lagi” tetesan air mata itu mengalir merusak lukisan
kertas yang telah tertulis rapi
Hatiku
kacau balau, tak terisi semuanya dengan harapanku, ingin sekali ku menangis
tapi pandangan dokter cinta membuatku untuk menenangkan dirinya, ku berpamitan
untuk pergi dari hati yang membunuh semua kesemuan cinta itu, badanku tak
berdaya di tabrak angin, di terjang mentari cinta meski ku pernah berkata pada
dokter cinta bahwa “setiap orang berhak
bahagia bukan terlena dan terpaku pada keadaan, masa lalu tetaplah masa lalu”
tak pernah dirinya hiraukan untuk setetes omongan ku, aku tak mampu
menerimanya, badanku lemah tak berdaya, air mataku ingin terus membasahi pipiku
dan mulutku yang kaku terasa ingin berteriak sekencang-kencangnya sehingga tak
ada lagi kerisauan didalam jiwa.
***
Setelah
peristiwa bagaikan Benua yang pernah bersatu kini terlihat berpisah dan jarak
yang memisahkan siang dan malam yang tak mungkin bersatu. Baru ku mengerti arti
mencintai sesungguhnya, kan ku biarkan dokter cintaku dengan orang yang telah
menjadi pilihannya, mungkin dan pasti diriku bukanlah yang terbaik untuknya, hidup perlu bahagia kata-kata itulah
yang membuatku mencoba menyerahkan keadaan ini pada waktu yang telah mengukir
keindahan cinta, mungkin dirinya tak bahagia dengan diriku dan mencari yang
dapat membuatnya bahagia, aku yang selalu menyayangi dirinya tetap akan
mencintai dirinya karena cinta juga tak meski dimiliki. Cinta mulai ku pahami,
cinta adalh sebuah perjalanan anugrah yang harus di syukuri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar