2 Mei 2011

Cinta Benua Siang Malam

Cinta Benua Siang Malam
Karya: Tri Hardiansyah
            Mentari telah lama bangun dari mimpinya, menghantamkan sinarnya kepersada bumi ini, warna-warni dunia mulai kelihatan jelas dari terselimut kabut yang memeluk gedung-gedung yang menjulang tinggi menggapai langit. Dan debu yang menari-nari di bawah alunan angin mulai bertebaran mengikuti gerak dan getaran angin yang menghambat permukan bumi ini, mengubah waktu yang begitu cepat bagaikan seorang pesulap yang membual parah penontonnya.
            Hampa itulah pikiran yang kosong yang tak terisi dengan sepeser pun pengetahuan saat rasa yang telah layak ada pada setiap manusia datang menghampiri, melewati mata hati yang lama-kelamaan menembus permukaan badan yang terkadang dibuatnya lemah dengan perasaan ini, bahkan perasaan ini mampu menumbangkan pemikiran yang telah matang, merampas kesetian yang telah lama di bina bagaikan abdi Negara merunggut masa depannya untuk Negara ini, mata air yang bagaikan berlian pun tak akan mampu untuk menahannya saat perasaan ini datang menusuk hati bagaikan terhempas badan di atas samurai. Ku mencoba mencari apa artinya perasaan ini, setelah menjelajahi dunia perasaan baru ku mengerti apa arti sebuah perasaan ini? Yang selalu datang mengusik mimpi-mimpi indahku, terkadang aku juga tak mampu menjemput mimpi yang telah menungguku, merampas butiran-butiran nasiku, bahkan perasaan ini membuatku menangis bagaikan tsunami yang terkuat di jagat raya ini, kesombonganku pun tandas di atas perasaan ini, lalu ku mencoba mencari apa arti perasaan ini, setelah beberapa tahun baru ku mengerti arti perasaan ini yang biasa di sebut orang-orang dengan sebutan cinta.
            Cinta itulah yang ada di benakku sekarang, mengisi kehampaan pemikiran ku, seseorang gadis dengan jiwa yang rupawan telah memberikan cinta pada diriku, mengusik dan meneror malam ku, warna di dunia ini seperti terlihat jelas di mataku, entah karena apa, tapi yang jelas ini karena semangat cinta yang membiusku. Lalu ku mencoba menghamparkan badan di atas kasur yang terkadang membuat ku lemah tak berdaya menarik urat-urat mimpiku, ku layangkan pikiranku untuk cinta yang datang menghampiriku ini.
            “Untuk apakah cinta”
Itulah pemikiran hampa ku disaat badan terkujur kaku, sebagian orang menyatakan cinta itu adalah berkah dan sebagian orang menyatakan cinta pecundang yang munafik, terus melayang pemikiran ini di dahiku menjadi kunang-kunang di otakku. Cinta telah datang untuk ku, untuk apakah cinta ini ku coba menghentikan angin cinta yang berkeliaran memenuhi semua isi otakku.


            Angin cinta terus melayang tak terhentikan di benakku, terus masuk menembus celah-celah tulangku, membuatku tak karuan bahkan diriku di buat mabuk dan aneh karena cinta ini. Gadis itu selalu datang dalam mimpi dan lamunanku, membuat diriku benar-benar aneh dan tak karuan, kesombongaan yang telah pudar di jiwaku membuat ku tersadar dalam batu kesetian yang terkadang ku sesali karena cinta yang datang seperti parah perampok.
            Cinta, Cinta, dan cinta baru ku temukan jawabnya, gadis itu telah membuatku tersentak, mempercepat detak jantung ku, memutar-mutar pikiranku, merubah keadaan dan penampilanku, kucoba berlari untuk mengobati penyakit cinta ini ke gadis dokter cinta itu, saat ku berdiri kaku kata-kata itu terus menaiki ludah-ludah dan menghanguskan ke kakuan mulutku.
            “Bolehkah aku mencintaimu? Wahai gadis yang mengusik mimpiku” kata-kata itu tanpa sadar melontar-meloncat mengalir dalam gendang telinga gadis itu.
            Tersenyum dengan pandangan yang tertunduk menatap bumi gadis itu menganggukkan kepalanya.
            Yech ha” hatiku gembira bukan kepalang dengan tangan bagaikan pemain bola kaki yang yang membobol gawang lawan, “uhuiiii” suara itu keluar dari mukutku, badan ku mengelilingi mata angin yang terus meredahkan detak jantung yang tak normal lagi karena dokter cinta di hadapanku, gadis itu tersenyum-senyum melihat diriku yang terus menggebu-gebukan cinta, entah apa yang ada dipikiran gadis itu tak pernah terbaca dalam pikiran ku.
***
            Setelah beberapa tahun diriku yang terus di mabuk cinta oleh gadis yang anggun rupawan itu, mulai ku rasa arti sebuah kesetian dan arti sebuah sakit hati, sejenak ku berkata didalam hati ku, cinta ini datang kepada ku dengan baik maka jika ia pergi meski tak ku inginkan ia pergi akan ku lepas dengan baik-baik.
            Hari terus berjalan mengisi hening dan ributnya tahun ini, aku yang dulu bahagia mulai terusik dengan kekecewaan, saat ku sadari bahwa aku bagaikan di permainkan ku coba berlari mengejar dokter cintaku, berharap dapat sedikit obat untuk meredahkan hatiku yang kacau balau dengan pemikiran yang tak karuan, diriku tak pernah menyerah untuk mencari tau mengapa dirinya berubah derastis, pada awalnya akau tak mendapatkan apa-apa tapi akhirnya ku pahami bahwa aku tak mungkin bersamanya lagi.
            Dengan wajah yang tenang, ku langkahkan kaki mengitari jalan yang tak terasa indahnya dan debu-debu jalan berterbangan menerorku.
            “wahai pujaan hatiku, terlalu kelut aku memikirkan mu, bayanganmu kembali mengusik tidur didalam mimpi-mimpi indah ku, bayangmu yang tak mengenakkan perasaanku terus membangunkanku dari tidurku, dan menghilangkan nafsu makanku, apakah benar engkau mencintai dan menyayangi diriku seperti aku yang menyangimu” ku lampirkan kata-kata itu disecarik kertas karena tanganku telah di perlemah otot-otot cinta.
            “kita tak mungkin untuk bersama, kita telah berbeda sekarang, engkau terlalu indah untuk diriku, sedangkan diriku bagaikan pengkhianat perasaanmu, aku memang mencintaimu, tetapi lelaki yang ada di benakku telah merebut semuanya dariku sehingga aku tak mungkin bersamamu lagi, cintaku untukmu telah dibawanya pergi melewati lorong-lorong waktu tanpa sepengetahuanmu, meski diriku tersiksa dengan pengusik kehidupanku engkau tetap pilihan terbaik yang pernah diriku kenal” Dokter cintaku membalas uraian kertasku, seperti mengisyaratkan lembaran kertas obat
            “kalau dirimu tersiksa mengapa engkau mau dengan dirinya?” diriku dengan cepat membalas kertas yang mulai terisi tinta pena dan seakan kaku mulutku untuk menggunakan fungsi yang sebenarnya
            “tidakkan bisa dirimu menerima diriku lagi, semua kebohongan telah tertumpah didalam perjalan cinta kita dan inilah balasan kebohongan diriku, ini sudah menjadi takdir diriku, mendekati seseorang yang tak ku cintai, biarkan aku tersiksa dengan kebohongan yang telah ku beriakan padamu, engkau dan aku pernah bersama tapi sekarang kita takkan bersama lagi” tetesan air mata itu mengalir merusak lukisan kertas yang telah tertulis rapi
            Hatiku kacau balau, tak terisi semuanya dengan harapanku, ingin sekali ku menangis tapi pandangan dokter cinta membuatku untuk menenangkan dirinya, ku berpamitan untuk pergi dari hati yang membunuh semua kesemuan cinta itu, badanku tak berdaya di tabrak angin, di terjang mentari cinta meski ku pernah berkata pada dokter cinta bahwa “setiap orang berhak bahagia bukan terlena dan terpaku pada keadaan, masa lalu tetaplah masa lalu” tak pernah dirinya hiraukan untuk setetes omongan ku, aku tak mampu menerimanya, badanku lemah tak berdaya, air mataku ingin terus membasahi pipiku dan mulutku yang kaku terasa ingin berteriak sekencang-kencangnya sehingga tak ada lagi kerisauan didalam jiwa.
***
            Setelah peristiwa bagaikan Benua yang pernah bersatu kini terlihat berpisah dan jarak yang memisahkan siang dan malam yang tak mungkin bersatu. Baru ku mengerti arti mencintai sesungguhnya, kan ku biarkan dokter cintaku dengan orang yang telah menjadi pilihannya, mungkin dan pasti diriku bukanlah yang terbaik untuknya, hidup perlu bahagia kata-kata itulah yang membuatku mencoba menyerahkan keadaan ini pada waktu yang telah mengukir keindahan cinta, mungkin dirinya tak bahagia dengan diriku dan mencari yang dapat membuatnya bahagia, aku yang selalu menyayangi dirinya tetap akan mencintai dirinya karena cinta juga tak meski dimiliki. Cinta mulai ku pahami, cinta adalh sebuah perjalanan anugrah yang harus di syukuri.

Tidak ada komentar: